Sebagai gamer, kalian pasti sudah pernah mendengar istilah “open-world” bukan? Sebenarnya apa sih open-world itu sendiri, dan bagaimana proses kelahiran salah satu genre paling terkenal namun juga kontroversial di video game ini?
IDGS, Selasa, 21 Juli 2020 – Ghost of Tsushima yang baru-baru ini dirilis eksklusif untuk PlayStation 4, memiliki genre open-world di mana pemain di beri kebebasan untuk menjelajahi pulau bertema Jepang abad ke-13 dengan panorama yang indah. Mengesampingkan faktor-faktor lainnya, kita tidak bisa memungkiri bahwa dunia open-world dalam Ghots of Tsushima memang mencengangkan,
Pada intinya, genre open-world menawarkan durasi hiburan yang begitu panjang dan hanya dibatasi oleh kebosanan gamer dalam memainkannya. Jika seorang gamer memang menikmati suatu game open-world, maka ia rela menghabiskan waktu ratusan jam memainkannya.
Ghost of Tsushima memungkinkan pemain untuk menjelajahi pulau yang merupakan render digital dari Jepang era feudal. (Sucker Punch Production/Sony Interactive Entertainment)
Namun tidak semua game yang menerapkan genre open-world meraih kesuksesan, bahkan ada yang menjadi tragedi. Seperti yang terjadi pada No Man’s Sky dan Fallout: 76 yang berusaha menarik minat para gamer dengan janji akan dunia digital tanpa batas, namun praktiknya adalah game yang penuh bug dan masalah, serta terasa kosong dan mati.
Genre open-world didefiniskan lewat dua konsep, yakni non-linear dan map yang masif. non-linear artinya pemain kebebasan untuk memilih quest tanpa dikekang oleh developer, atau bahkan pilihan untuk tidak menjalankan quest sama sekali. Sedangkan konsep kedua lebih mudah di pahami, ukuran map yang masif sudah menjadi syarat mutlak bagi game open-world. Elder Scroll: Skyrim dan serial Grand Theft Auto merupakan contoh sukses dari game yang menerapkan genre open-world sejauh ini.